Selasa, 29 Maret 2022

LULUS


LULUS
Oleh : Lukman Nur Hakim

Randusanga, kamis 22 Januari 2020 Pukul 11.00 WIB. Suasana pemakaman orang tua penulis, Alm. H. Moh. Syamsuri bin H. Sakyadi. Di Pemakaman umum Desa Randusanga Kulon Brebes.

Kata lulus dalam judul di atas, Tidaklah  identik pada dunia akademik,  lulus sekolah, kuliah ataupun lulus tes dalam dunia kerja semata.  Namun kata-kata lulus yang diterima penulis adalah  lulus setelah menghantarkan orang tua penulis H. Syamsuri bin H. Sakyadi kembali menghadap Allah SWT.

Sebuah kebahagiaan bagi kami ketika mampu menghantarkan proses memandikan, bisa melibatkan cucu cucunya secara langsung ikut memangku jenazah, dan penulis yang memandikannya. Kemudian  menyolati secara berjamaah, mengadzani dan menguburkannya. 

Sesaat jenazah telah selesai diadzankan kemudian penulis naik dari liang kubur dan membiarkan orang tua penulis terus ditimbuni tanah oleh para penggali kubur. Tatapan  penulis saat itu, hanya tertuju pada liang lahat tempat peristirahatan orang tua penulis, setelah tidak bisa istirahat di rumah sendiri yang ditinggali berpuluh-puluh tahun.
 
Suasana duka terus menyelimuti penulis, sambil terus menatap orang tua penulis yang tubuhnya sudah tak terlihat lagi, tertutup oleh tanah. 

Disaat berdiri disamping kuburan orang tua penulis. Tak lupa sesekali menengok ke kanan dan ke kiri, melihat saudara, adik-adik almarhum, cucu dan keponakan. Terlihat sesekali mengusap air mata yang terkadang masih ke luar, melihat orang yang dicintai sudah harus berpisah.

Ketika penulis harus mundur beberapa langkah ke belakang, untuk memberikan keleluasaan para penggali kubur, meratakan tanah di samping dan meninggikan makam abah penulis dengan pasir 2 (dua) gerobag, yang  menjadi kesepakatan warga dalam setiap ada mayit yang mau dikubur,  harus ditambah 2 (dua) gerobak pasir yang dibeli dari keluarga almarhum. Ternyata ada kyai, guru yang sekaligus teman yang menjadi curhatan penulis, ketika ada masalah dan menanyakan hukum.

Tanpa penulis sadari, beliau menyalami penulis, walaupun saat itu sedikit malu untuk menerima salamannya karena tangan penulis kotor penuh lupur. Beliaupun berkata perlahan-lahan sambil menepuk pungguh penulis "Lulus." 

"Njenengan sudah lulus,"  mendengar kalimat ini penulis hampir saja tidak kuat menerimanya. Badan menjadi lemas, gemetar dan rasanya ingin menangis sekeras-kerasnya, namun saat itu penulis harus kuat berdiri tegak di hadapan makam orang tua. Walaupun penulis tidak bisa menahan air mata yang terjun bebas membasahi pipi. 

Kalimat lulus, bagi penulis bagaikan cambuk, menggetarkan rasa haru dan bangga bagi penulis. Predikat lulus keluar dari sang guru, kepada penulis setelah selesai proses pemakaman. Tugas anak berbakti, mengabdi dan mengatarkan orang tua menuju  peristirahatan terakhir.

Doa yang terus dipinta pada Allah SWT, telah terkabulkan. Penulis bahagia, dapat mendampingi orang tua saat sakit, berobat ke dokter, mentalkin menyebut nama Allah SWT saat akan kembali kepada-Nya, memandikan, mensholati dan menguburnya. Selamat jalan Abah, engkau adalah guru kehidupan penulis. InsyaAllah husnul hotimah.

Teruntuk Abah H. Syamsuri bin H. Sakyadi Alfatihah.

Sabtu, 11 Januari 2014

PERANAN AGAMA DALAM BIMBINGAN KONSELING

PERANAN AGAMA DALAM BIMBINGAN KONSELING





“Tiadakah mereka melakukan perjalanan di muka bumi, sehingga mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka merasa, dan mempunyai telinga yang dengan itu mereka mendengar? Sungguh, bukanlah matanya yang buta, tetapi yang buta ialah hatinya, yang ada dalam (rongga) dadanya.” (Al Hajj : 46)

Pendidikan agama harus diimulai dari rumah tangga, sejak si anak masih kecil. Pendidikan tidak hanya berarti memberi pelajaran agama kepada anak-anak yang belum lagi mengerti dan dapat menangkap pengertian-pengertian yang abstrak. Akan tetapi yang terpokok adalah penanaman jiwa percaya kepada Tuhan, membiasakan mematuhi dan menjaga nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang ditentukan oleh ajaran agama.
Menurut pendapat para ahli jiwa, bahwa yang mengendalikan kelakuan dan tindakan seseorang adalah kepribadiannya. Kepribadian tumbuh dan terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang dilaluinya sejak lahir. Bahkan mulai dari dalam kandungan ibunya sudah ada pengaruh terhadap kelakuan si anak dan terhadap kesehatan mentalnya pada umumnya. Dengan memberikan pengalaman-pengalaman yang baik, nilai-nilai moral yang tinggi, serta kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama sejak lahir, maka semua pengalaman itu akan menjadi bahan dalam pembinaan kepribadian.
Dengan demikian, pendidikan Agama Islam berperan membentuk manusia Indonesia yang percaya dan takwa kepada Allah SWT, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-sehari, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

“Dan demi nafs dan yang menciptakannya, maka diilhamkan-Nya kepada jiwa tersebut kefasikan dan ketakwaanya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan merugilah orang yang mengotorinya” (Asy-Syam:7-10)


A. Ajaran Islam Yang Berkaitan Dengan Bimbingan Konseling
Bebicara tentang agama terhadap kehidupan manusia memang cukup menarik, khususnya Agama Islam. Hal ini tidak terlepas dari tugas para Nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga para Nabi sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan (problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia keluar dari tipu daya syaiton. Seperti tertuang dalam ayat berikut ini :
“Demi masa. Sungguh manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan melakukan amal kebaikan, saling menasehati supaya mengikuti kebenaran dan saling menasehati supaya mengamalkan kesabaran”. (Al-Ashr :1-3)

Dengan kata lain manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberi konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya.

“Berkata orang-orang tiada beriman:”Mengapa tiada diturunkan kepadanya (Muhammad) sebuah mukjizat dari Tuhannya?”
Jawablah :”Allah membiarkan sesat siapa yang Ia kehendaki, dan membimbing orang yang bertobat kepada-Nya.” (Ar-Ra’d :27)

Dari ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa ada jiwa yang menjadi fasik dan adapula jiwa yang menjadi takwa, tergantung kepada manusia yang memilikinya. Ayat ini menunjukan agar manusia selalu mendidik diri sendiri maupun orang lain, dengan kata lain membimbing kearah mana seseorang itu akan menjadi, baik atau buruk. Proses pendidikan dan pengajaran agama tersebut dapat dikatakan sebagai “bimbingan” dalam bahasa psikologi. Nabi Muhammad SAW, menyuruh manusia muslim untuk menyebarkan atau menyampaikan ajaran Agama Islam yang diketahuinya, walaupun satu ayat saja yang dipahaminya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nasihat agama itu ibarat bimbingan (guidance) dalam pandangan psikologi.
Dalam hal ini Islam memberi perhatian pada proses bimbingan,. Allah menunjukan adanya bimbingan, nasihat atau petunjuk bagi manusia yang beriman dalam melakukan perbuatan terpuji, seperti yang tertuang pada ayat-ayat berikut :

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh, maka bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya” (At-Tiin :4-5)

“Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan-keturunan anak-anak Adam dari tulang sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab : Betul (Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi). Kami lakukan yang demikian itu agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan :”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. (Al-A’Raf :172)

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali Imran:104)

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalann-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (An Nahl:125)

Ada beberapa ayat yang lebih khusus menerangkan tugas seseorang dalam pembinaan agama bagi keluarganya.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At Tahrim:6)

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat” (As-Syu’ara:214)

Sedangkan pada beberapa Hadits yang berkaitan dengan arah perkembangan anak diantaranya :

“Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan suci. Maka kedua orang tuanya yang menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR Baihaqi)

“Seseorang supaya mendidik budi pekerti yang baik atas anaknya. Hal itu lebih baik daripada bersedekah satu sha” (HR At Turmudzi)

“Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah budi pekertinya” (HR Ibnu Majah)

Selanjutnya yang berkaitan dengan perkembangan konseling, khusus konseling sekolah adalah adanya kebutuhan nyata dan kebutuhan potensial para siswa pada beberapa jenjang pendidikan, yaitu meliputi beberapa tipe konseling berikut ini :
1. Konseling krisis, dalam menghadapi saat-saat krisis yang dapat terjadi misalnya akibat kegagalan sekolah, kegagalan pergaulan atau pacaran, dan penyalahgunaan zat adiktif.
2. Konseling fasilitatif, dalam menghadapi kesulitan dan kemungkinan kesulitan pemahaman diri dan lingkungan untuk arah diri dan pengambilan keputusan dalam karir, akademik, dan pergaulan social.
3. Konseling preventif, dalam mencegah sedapat mungkin kesulitan yang dapat dihadapi dalam pergaulan atau sexual, pilihan karir, dan sebagainya.
4. Konseling developmental, dalam menopang kelancaran perkembangan individual siswa seperti pengembangan kemandirian, percaya diri, citra diri, perkembangan karir dan perkembangan akademik.
Dengan demikian, kebutuhan akan hubungan bantuan (helping relationship), terutama konseling, pada dasarnya timbul dari diri dan luar individu yang melahirkan seperangkat pertanyaan mengenai apakah yang harus diperbuat individu.
Dalam konsep Islam, pengembangan diri merupakan sikap dan perilaku yang sangat disitimewakan. Manusia yang mampu mengoptimalkan potensi dirinya, sehingga menjadi pakar dalam disiplin ilmu pengetahuan dijadikan kedudukan yang mulia disisi Allah SWT.
“…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al-Mujadalah 58:11)


B. Pendekatan Islami Dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling
Pendekatan Islami dapat dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis dalam pelaksanaan bimbingan konseling yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan, perasaan, dan seterusnya yang berkaitan dengan klien dan konselor.
Bagi pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah seorang pekerja keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, ini baginya adalah ibadah. Sehingga pada pelaksanaan bimbingan konseling, pribadi muslim tersebut memiliki ketangguhan pribadi tentunya dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Selalu memiliki Prinsip Landasan dan Prinsip Dasar yaitu hanya beriman kepada Allah SWT.
2. Memiliki Prinsip Kepercayaan, yaitu beriman kepada malaikat.
3. Memiliki Prinsip Kepemimpina, yaitu beriman kepada Nabi dan Rasulnya.
4. Selalu memiliki Prinsip Pembelajaran, yaitu berprinsip kepada Al-Qur’an Al Karim.
5. Memiliki Prinsip Masa Depan, yaitu beriman kepada “Hari Kemudian”
6. Memiliki Prinsip Keteraturan, yaitu beriman kepada “Ketentuan Allah”
Jika konselor memiliki prinsip tersebut (Rukun Iman) maka pelaksanaan bimbingan dan konseling tentu akan mengarahkan klien kearah kebenaran, selanjutnya dalam pelaksanaannya pembimbing dan konselor perlu memiliki tiga langkah untuk menuju pada kesuksesan bimbingan dan konseling. Pertama, memiliki mission statement yang jelas yaitu “Dua Kalimat Syahadat”, kedua memiliki sebuah metode pembangunan karakter sekaligus symbol kehidupan yaitu “Shalat lima waktu”, dan ketiga, memiliki kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan dengan “puasa”. Prinsip dan langkag tersebut penting bagi pembimbing dan konselor muslim, karena akan menghasilkan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) yang sangat tinggi (Akhlakul Karimah). Dengan mengamalkan hal tersebut akan memberi keyakinan dan kepercayaan bagi counselee yang melakukan bimbingan dan konseling.

“Dan hendaklah ada diantara kamu suatu umat yang menyeru berbuat kebaikan, dan menyuruh orang melakukan yang benar, serta melarang yang mungkar. Merekalah orang yang mencapai kejayaan.” (Ali Imran : 104)

Pada ayat tersebut memberi kejelasan bahwa pelaksanaan bimbiungan dan konseling akan mengarahkan seseorang pada kesuksesan dan kebijakan, dan bagi konselor sendiri akan mendapat nilai tersendiri dari Allah SWT. Para pembimbing dan konselor perlu mengetahui pandangan filsafat Ketuhanan (Theologie), manusia disebut “homo divians” yaitu mahluk yang berke-Tuhan-an, bebarti manusia dalam sepanjang sejarahnya senantiasa memiliki kepercayaan terhadap Tuhan atau hal-hal gaib yang menggetarkan hatinya atau hal-hal gaib yang mempunyai daya tarik kepadanya (mysterium trimendum atau mysterium fascinans). Hal demikian oleh agama-agama besar di dunia dipertegas bahwa manusia adalah mahluk yang disebut mahluk beragama (homo religious), oleh karena itu memiliki naluri agama (instink religious), sesuai dengan firman Allah SWT :

“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama Allah (tetaplah atas) fitrah (naluri) Allah yang telah menciptakan manusia menurut naluri itu, tidak ada perubahan pada naluri dari Allah itu. Itulah agama yang lurus, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (Ar-Rum : 30)

Pada diri counselee juga ada benih-benih agama, sehingga untuk mengatasi masalah dapat dikaitkan dengan agama, dengan demikian pembimbing dan konselor dapat mengarahkan individu (counselee) kearah agamaya, dalam hal ini Agama Islam.
Dengan berkembangnya ilmu jiwa (psikologi), diketahui bahwa manusia memerlukan bantuan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya dan muncullah berbagai bentuk pelayanan kejiwaaan, dari yang paling ringan (bimbingan), yang sedang (konseling) dan yang paling berat (terapi), sehingga berkembanglah psikologi yang memiliki cabang-cabang terapan, diantaranya bimbingan, konseling dan terapi.
Selanjutnya ditemukan bahwa agama, terutama Agama Islam mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan, konselingdan terapi dimana filosopinya didasarkan atas ayat-ayat Alquran dan Sunnah Rosul. Proses pelaksanaan bimbingan, konseling dan psikoterapi dalam Islam, tentunya membawa kepada peningkatan iman, ibadah dan jalan hidup yang di ridai Allah SWT.



Daftar Pustaka

Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, Jakarta : Kencana.

Andi Mappiare AT. 2002. Pengantar Konseling dan Psikoterapi, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Ary Ginanjar Agustian. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual– ESQ.Jakarta : Penerbit Arga.

Sahilun A. Nasir. 2002. Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja. Jakarta :Kalam Mulia.

Zakiah Daradjat. 2001. Kesehatan Mental. Jakarta : Toko Gunung Agung.

Zakiah Daradjat. 2002. Psikoterapi Islami. Jakarta : Bulan Bintang


Jumat, 03 Mei 2013

MENENGGOK PRILAKU PEMILIH KOTA BAWANG

MENENGGOK PRILAKU PEMILIH KOTA BAWANG
Oleh: Lukman Nur Hakim*

Di pagi buta sekerumanan para buruh bawang (mbutik) mulai ramai menghiasi lapak-lapak (lapangan/gudang bawang) yang dijadikan tempat mangkal mengadu nasib untuk mencari sesuap nasi. Tanpa ada rasa takut atau khawatir mereka duduk di mobil bak terbuka dalam perjalanan ke tempat yang membutuhkan jasa mereka, bahkan kadangkala mereka duduk di atas tumpukan bawang mobil bak yang ditumpanginya. Hal ini sudah menjadi pemandangan tersendiri di wilayah kota bawang.
Kaum adam pun tidak ingin kalah, mereka mengayun sepeda ontelnya berkilo-kilo meter menuju lahan persawahan yang akan ditanami bawang. Bak, pasukan semut yang sedang berbaris mencari makan. Mereka rata-rata keluar dari rumah di pagi hari dan pulang sore hari. Kelompok ini memiliki jumlah yang tidak bisa dibilang sedikit, dan dianggap sebelah mata oleh para kandidat pasangan Bupati dan Wakil Bupati. Mereka adalah pelestari dan pejuang ikon Brebes, yang waktunya dihabiskan untuk membangun dan mempertahankan citra Brebes, sebagai kota bawang.
Ada pula pemilik modal (juragan) yang menanam bawang di luar kota Brebes, mereka mempercayakan kepada para penggarap (kuli sawah) yang juga warga Brebes untuk mengelola bisnisnya. Para pemilik modal hanya datang sewaktu-waktu saja ke lahan perkebunannya. Sedangkan para penggarap terbiasa meninggalkan rumah selama berminggu-minggu bahkan sampai berbulan-bulan. Gubug (rumah kecil) yang ditempatinya untuk tidur dan istirahat jauh dari standar kelayakan rumah sehat. Tidak terpikir olehnya tentang kesehatan dan keamanan. Mereka tidur bersama tumpukan pupuk dan obat-obatan bawang (insektisida) yang tentu akan menggangu kesehatannya. Dalam benak para penggarap yang ada hanyalah bagaimana caranya agar tanaman bawangnya dapat panen dengan hasil yang baik dan memperoleh untung besar.
Dengan latar belakang tersebut, setidaknya tergambar sedikit prilaku pemilih (political behavior) bagi mereka yang bergelut di dunia bawang??.
Dalam pendekatan sosial psikologi, minimal ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap prilaku pemilih. Pertama identifikasi partai, sampai sejauhmana para pemilih mengenal dan terikat terhadap partai, kedua orientasi isu atau tema yang akan diangkat oleh calon Bupati dan Wakil Bupati, sedangkan yang ketiga orientasi kandidat sebagai sebuah figuritas dari calon. Ketiga ini pula yang mungkin akan mempengaruhi prilaku pemilih.
Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Brebes adalah momen besar bagi para calon yang ingin meraih simpati dan dukungan kepercayaan rakyat untuk membangun Brebes kedepan. Namun tingkat pendidikan yang masih rendah menjadi suatu masalah tersendiri bagi kelompok pemilih untuk menentukan pilihannya. Hanya sekelompok kecil saja yang memiliki pertimbangan memilih calon karena program yang akan dicanangkan.
Bagi kaum petani, ada kemungkinan mereka memilih dengan alasan ekonomis. Mereka akan memilih kandidat yang mampu memberi keuntungan besar dalam pertaniannya dan menjamin masa depan kelestarian bawang lokal yang sedang mereka tanam. Dengan keuntungan besar ini maka kesejahteraan bagi diri dan para kuli (buruh bawang) akan terpenuhi.
Di sisi lain, peran lembaga survey yang digunakan dalam rangka mengajak pemilih yang menginginkan pilihannya jadi pemenang, mencoba menyakinkan akan kemenangan dirinya. Dengan hasil survey yang tinggi harapannya agar pemilih tertarik untuk memilih kandidat yang yang unggul walaupun kadangkala hasil survey bertolak belakang dengan kenyataan ketika pemilihan nanti dilakukan. Hasil survey hanyalah pencerminan accesibilitas kandidat pada sebagian pemilih yang dilakukan secara acak dan belum tentu keberhasilannya, apalagi untuk wilayah Kabupaten Brebes dengan jumlah pemilih terbanyak kedua se Jawa Tengah, yaitu sebesar 1.471.123 pemilih.

Perilaku Pemilih
Dari beberapa pemilihan langsung yang telah dilakukan, secara garis besar ada lima kelompok alasan pemilih menentukan pilihannya. Pertama, pemilih memilih karena persamaan ideologi dengan calon. Namun faktor ini mulai terkikis karena psikologis para pemilih telah banyak berubah. Arus pragmatisme dari kelompok pemilih telah menggeser idealisme awal karena kepentingan sesaat yang dapat langsung diperoleh setelah mereka menentukan pilihan.
Faktor kedua, pemilih mendasarkan pilihannya karena persamaan partai politik. Siapa pun calon bupati dan wakil bupati yang diusung, asalkan memiliki kesamaan partai politik itulah yang mereka pilih. Efektivitas mesin partai inilah yang patut menjadi pertimbangan bagi partai yang memiliki masa yang militan karena tidak semua partai memiliki masa yang militan.
Faktor ketiga adalah memilih karena pragmatisme politik yang muncul di tengah-tengah para pemilih karena banyak hal, seperti politik uang, kedekatan dengan kandidat dan sebagainya. Politik uang yang dilakukan para kandidat merupakan bagian dari bentuk pragmatisme politik dan tidak selalu dalam arti pemberian sejumlah uang kepada pemilih, tetapi bisa dalam bentuk-bentuk lain yang terselubung agar tidak terkesan “membeli” suara (buying voters). Bentuk-bentuk ini cukup mendominasi warna politik dalam pelaksanaan setiap pemilihan kepala daerah karena pemilih ternyata juga sangat merespon dan bagi mereka dianggap menguntungkan walau sesaat.
Faktor keempat, memilih karena ikatan emosional dan kesamaan etnisitas. Pemilih memilih kandidat yang paling menarik secara emosional atau yang lebih disukai, pemilih menentukan pilihannya berdasarkan hasil rekomendasi dari kerabat dekat, elit politik yang dipercaya. Namun kelompok ini cenderung sedikit jumlahnya.
Faktor terakhir, pilihan karena program dan visi misi yang ditawarkan oleh para kandidat. Jumlah kelompok ini pun sangat kecil, karena hanya orang-orang yang peduli, memiliki kecerdasan dan mau berpikir untuk lima tahun ke depan saja yang akan menjadikan visi misi calon sebagai tolok ukur memilih.
Dengan wilayah Kabupaten Brebes yang 65 % lahannya berupa pertanian dengan jumlah petani/buruh tani sebesar 69,78%, berarti prosentase pemilih terbesar adalah dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Dengan posisi seperti ini, perilaku pemilih pragmatis dengan ikatan emosional yang sama memiliki jumlah yang tinggi.
Selain lima karakteristik pemilih tersebut, ada satu lagi perilaku pemilih yang dikenal dengan istilah golput. Mereka tidak menggunakan hak pilihnya karena bebarapa alasan. Pertama, tidak memilih karena alasan politis. Mereka yang dengan kesadaran tidak menggunakan hak pilihnya karena menurutnya tidak ada satupun calon yang dianggap sesuai dengan hati nuraninya dan dianggap tidak akan mampu mewujudkan idealisme seorang pemimpin. Jumlah pemilih ini justru didominasi oleh kaum yang telah melek politik namun apatis.
Kedua, tidak memilih karena alasan administratif, karena pemilih tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap. Ini merupakan faktor yang tidak dapat ditawar-tawar karena berhubungan dengan aturan.
Ketiga, alasan pragmatis, pemilih tidak mau memilih karena merasa tidak mendapatkan imbalan sebagai pengganti tidak bekerja sehari. Di kalangan kaum petani bawang dan buruh mbutik, penghasilan harian merupakan modal hidup mereka sehari-hari. Kalau mereka tidak bekerja maka tidak akan mendapatkan penghasilan. Sehingga dalam pemikiran mereka kalau tidak ada pengganti penghasilan harian untuk apa mereka meski datang ke TPS, walaupun ke TPS hanya butuh waktu yang tidak terlalu lama.
Keempat, karena alasan teknis, yaitu pemilih pada saat pemungutan suara tidak berada di tempat di mana dia terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap. Karena ketidaktahuan pemilih bagi mereka yang memiliki agenda ke luar wilayah tempat tinggalnya karena urusan pekerjaan atau pun urusan lain, maka mereka tidak dapat menggunakan hak pilihnya.
Kecerdasan dan kecerdikan adu strategi dalam memahami karakteristik pemilih merupakan salah satu faktor penentu mendulang suara dan kemenangan kandidat dalam pesta rakyat yang segera akan digelar tanggal 7 Oktober 2012. Jangan sampai ada pemilih yang tidak memilih, karena satu suara mungkin bisa menentukan kemenangan kandidat atau pilihan anda.

*Dosen UPS Tegal, tinggal di Randusanga







KHUTBAH MENYAMBUT BULAN RAMADHAN



Menyambut Ramadlan 1433 H
ألْحَمْدُلِلّهِ الّذِيْ جَعَلَ شَهْرَ رَمَضَانَ غُرَّةَ وَجْهِ الْعَامِ. وَشَرَّفَ أَوْقَاتَهُ عَلَى سَائِرِ الأَوْقَاتِ, وَفَضَّلَ أَيَّامَهُ عَلَى سَائِرِ الأَيَّامِ, أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شهادَةَ مَنْ قَالَ رَبِّيَ اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامَ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ مَنْ صَلَّى وَصِامَ. اللهمّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدِ وعَلى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ وَمَصَابِيْحِ الظُّلاَمِ. أمَّا بعْدُ, فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَِ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ وَتَرْكِ الأَثَامِ.
Hadirin jama'ah shalat jum'at rahimakumullah.
Marilah pada saat yang berbahagia ini, saya mengajak kita semua, untuk bersama-sama selalu berusaha meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT. yakni dengan senantiasa memperhatikan dengan sungguh-sungguh sekaligus melaksanakan dengan sebaik-baiknya apa yang menjadi perintah Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW meninggalkan apa yang menjadi laranganNya, sehingga kelak kita termasuk ke dalam golongan hamba-hambaNya yang beruntung, manusai yang ditempatkan paling mulia dan kitapun selalu berupayah menggapai kemurahan dan cinta kasih Muhammad SAW karena kecintaaan beliau melebihan kecintaan orang tua kepada anaknya baik di dunia maupun di akhirat,. amin-amin ya rabbal 'alamin.

Hadirin jama'ah shalat jum'at rahimakumullah
Sebentar lagi tamu kita yang mulia bulan Ramadhan akan segera tiba menyapa kita. Tamu terhormat yang datang dengan membawa segudang peluang dan kesempatan emas bagi kita. Kenapa dikatakan demikian? tak lain karena di dalam bulan Ramadhan terkandung kemuliaan dan keistimewaan yang amat besar, yang tak bisa dijumpai pada bulan-bulan lainnya. Nilai ibadah dilipatgandakan, do'a-do'a dikabulkan, dosa diampuni, pintu surga dibuka, sementara pintu neraka ditutup. Ramadhan, tak ubahnya tamu agung yang selalu dinanti-nanti kedatangannya, maka sangat rugilah orang yang tidak dapat bertemu dengannya, namun akan lebih rugi lagi bagi mereka yang menjumpainya, namun tidak mengambil sesuatu darinya (yakni dengan menggunakannya sebagai moment meningkatkan kualitas ibadah dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT).
Sebelum tamu mulia Ramadhan datang marilah kita siapkan secara pisik maupun psikologis, buang ego kita, keangkuhan, sifat bohong, tanamankan rasa malu kita kepada Allah dan RasulNya. Malu untuk korupsi, berbicara tidak sesuai dengan prilakunya, menyakiti orang lain. Minta maaflah kepada kedua orang tua kita, jika mereka masih hidup, teman-teman dekat dan saudara, jangan sampai kita terjebak oleh strategi syetan, yang membuat puasa kita sia-sia. Karena Malaikat Jibril berdoa: Ya Allah, abaikanlah puasannya umat Muhammad SAW, bila sebelum masuk Ramadlan tidak meminta maaf kepada kedua orang tuannya jika masih hidup, keluarga dan orang-orang sekitarnya... lalu Rasulullah mengamininya sampai tiga kali.
Siapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam rangka menyambut bulan yang penuh berkah tersebut, sehingga kita dapat memanfaatkannya secara maksimal untuk beribadah mendekatkatkan diri kepada Allah swt. Dengan demikian, apa yang menjadi Tujuan Akhir dari puasa ramadhan ini, yakni derajat "Ketaqwaan" dapat kita raih. Untuk itulah, Rasulullah SAW tak lupa berpesan kepada umatnya ketika bulan Ramadhan datang - sebagaimana hadits yang diriwayatkan an-Nasa'i dari Abu Hurairah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرْدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ. فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ...... (سنن النسائي الجزأ 7 ص. 256 : (2079))
Dari sahabat Abu Hurairah r.a. beliau berkata, bahwa Rasulullah telah bersabda : "Sungguh telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, yang mana pada bulan tersebut Allah SWT mewajibkan kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu, pintu-pintu langit dibuka, sementara pintu-pintu neraka ditutup serta syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan.(HR. An-Nasa'i)
Selain itu, Rasulullah mengajarkan kepada kita sebuah do'a yang dipanjatkan menjelang datangnya Ramadhan, yakni : Allahuma bariklana fii Rajaba wa Sya’bana, wa ballighna Ramadlana… (ya Allah berkahi kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan kami pada Ramadhan) (HR. Ahmad dan Bazzar).
Oleh karena itu, marilah kita sambut kedatangan bulan Ramadhan dengan penuh suka cita “Marhaban Ya Ramadhan (selamat datang bulan Ramadhan), kami sambut kedatanganmu dengan penuh suka cita.”
Hadirin jama'ah shalat jum'at rahimakumullah
ada beberapa sikap terpuji yang dilakukan para ulama sholeh terdahulu dalam menyambut bulan suci Ramadhan yang pantas diteladani:
Pertama, kita harus menyambut Ramadhan dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Yahya bin Abi Katsir meriwayatkan bahwa orang-orang salaf terdahulu selalu mengucapkan doa:اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ
"Ya Allah sampaikanlah aku dengan selamat ke Ramadhan, selamatkan Ramadhan untukku dan selamatkan aku hingga selesai Ramadhan". Sampai kepada Ramadhan adalah kebahagiaan yang luar biasa bagi mereka, karena pada bulan itu mereka bisa mendapatkan nikmat dan karunia Allah yang tidak terkira.Tidak mengherankan jika kemudian Nabi saw dan para sahabat menyambut Ramadhan dengan senyum dan tahmid, dan melepas kepergian Ramadhan dengan tangis.
Kedua, dengan pengetahuan yang dalam. Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. Ibadah puasa mempunyai ketentuan dan aturan yang harus dipenuhi agar sah dan sempurna. Sesuatu yang menjadi prasyarat suatu ibadah wajib, maka wajib memenuhinya dan wajib mempelajarinya. Ilmu tentang ketentuan puasa atau yang sering disebut dengan fikih puasa merupakan hal yang wajib dipelajari oleh setiap muslim, minimal tentang hal-hal yang menjadi sah dan tidaknya puasa.
Persepsi dan pengetahuan yang utuh tentang bulan Ramadhan akan menghindarkan diri dari kesalahan-kesalahan yang bisa merusak ibadah Ramadhan disebabkan oleh ketidaktahuan kita. Persepsi yang utuh tentang keutamaan Ramadhan akan mendorong tumbuhnya motivasi dari dalam diri untuk menjalani ibadah dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, pada bagian ini, persiapan-persiapan yang bisa dilakukan adalah dengan banyak bertanya, belajar dan membaca. Orang akan mampu mengerjakan sesuatu dengan sempurna dan riang gembira jika ia tahu dengan pasti apa alasan, tujuan dan manfaat di balik sesuatu yang ia kerjakan.
Ketiga, dengan doa. Bulan Ramadhan selain merupakan bulan karunia dan kenikmatan beribadah, juga merupakan bulan tantangan. Tantangan menahan nafsu untuk perbuatan jahat, tantangan untuk menggapai kemuliaan malam lailatul qadar dan tantangan-tantangan lainnya. Keterbatasan manusia mengharuskannya untuk selalu berdo’a agar optimis melalui bulan Ramadhan.
Empat, dengan tekad dan planning yang matang untuk mengisi Ramadhan. Niat dan azam adalah bahasa lain dari planning atau perencanaan. Orang-orang soleh terdahulu selalu merencanakan pengisian bulan Ramadhan dengan cermat dan optimis. Berapa kali dia akan mengkhatamkan membaca al-Quran, berapa kali sholat malam, berapa akan bersedekah dan membari makan orang berpuasa, berapa kali kita menghadiri pengajian dan membaca buku agama. Itulah planning yang benar mengisi Ramadhan, bukan hanya sekedar memplaning atau merencanakan menu makan dan pakaian kita untuk Ramadhan, tapi lebih diarahkan ke perencanaan yang matang untuk meningkatkan kualitas ibadah kita di bulan Ramadhan.
Kelima, Persiapan Ruh dan Jasad Rasulullah SAW dan orang-orang shalih tidak pernah menyia-nyiakan keutamaan Ramadhan sedikitpun. Rasulullah dan para sahabat memperbanyak puasa dan bersedekah pada bulan Sya’ban sebagai latihan sekaligus tanda kegembiraan menyambut datangnya Ramadhan. Anas bin Malik r.a. berkata, ”ketika kaum muslimin memasuki bulan Sya’ban, mereka sibuk membaca Alquran dan mengeluarkan zakat mal untuk membantu fakir miskin yang berpuasa.”
Dengan mengondisikan diri pada bulan Sya’ban untuk berpuasa, bersedekah dan memperbanyak ibadah, kondisi ruhiyah akan meningkat, dan tubuh akan terlatih berpuasa Dengan kondisi seperti ini, maka ketika memasuki bulan Ramadhan, kondisi ruh dan iman telah membaik, yang selanjutnya dapat langsung menyambut bulan Ramadhan yang mulia ini dengan amal dan kegiatan yang dianjurkan. Di sisi lain, tidak akan terjadi lagi gejolak fisik dan proses penyesuaian yang kadang-kadang dirasakan oleh orang-orang yang pertama kali berpuasa, seperti lemas, demam dan sebagainya.
Keenam, Persiapan Materi. Kemudian yang harus kita perhatikan menyongsong bulan Ramadhan adalah persiapan finansial atau materi. Persiapan materi di sini tidak dimaksudkan untuk membeli kebutuhan berbuka dan sahur yang mewah dan mahal bahkan kadang terkesan berlebihan. Tapi finansial/materi yang diperuntukkan untuk menopang ibadah sedekah dan infak kita. Bulan Ramadhan merupakan bulan muwaasah (bulan santunan, pelipur lara). Sangat dianjurkan memberi santunan kepada orang lain, betapapun kecilnya. Pahala yang sangat besar akan didapat manakala ia memberi kepada orang lain yang berpuasa, sekalipun sekedar sebiji kurma dan seteguk air. Kedermawanan Rasulullah saw pada bulan Ramadhan sangat besar. Digambarkan dalam beberapa riwayat bahwa sentuhan kebaikan dan santunan Rasulullah saw kepada masyarakat sampai merata, lebih merata ketimbang sentuhan angin terhadap benda-benda di sekitarnya.
Demikianlah khutbah yang dapat kami sampaikan, semoga kiranya kita memperoleh rahmat, hidayat serta kekuatan untuk dapat mempersiapkan diri secara maksimal, menyongsong datangnya bulan Ramadhan besok, amin, amin ya Robbal 'alamin.....


Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا


اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

KISAH FATIMAH AZ ZAHRA PUTRI RASULULLAH

MENENGOK FATIMAH DALAM SUJUDNYA

Fatimah putri tercinta Rasulullah SAW
Sepeninggal Ayahnanda ia mengalami cobaan dan ujian
Yang datang secara beruntun tanpa berhenti
Berbagai perlakuan yang sebelumnya tidak pernah ia alami

Di hari yang ke 75 sepeninggal Rasulullah
Suatu malam ketika sayyidah fatimah Zahra’ sedang nyenyak tidur
Tiba-tiba melihat ayahanda menjelma di hadapannya
Waktu itu, karena terlalu rindu setelah ditinggal ayahanda

Ketika beliau sedang memanggil-manggil ayahanda
muncul pula para malaikat berbaris-baris, lantas menarik Fatimah
membawanya naik ke langit

Fatimah bertanya lagi
Di mana ayahandaku....
Malaikat menjawab
Sebentar lagi ayahandamu akan datang menjemputmu
Wahai putri Rasulullah

Beberapa saat kemudian,
Fatimah melihat ayahandanya sedang duduk di atas singgasana
dikelilingi sekelompok orang yang tidak dikenalinya

Rasulullah berkata
Inilah tempat tinggalmu
kediaman suamimu dan kedua anakmu
serta orang-orang yang mencintaimu dan mencintai mereka

Bergembiralah...
engkau akan mengikut ayahanda datang ke sini beberapa hari lagi

Fatimah berkata,
Senanglah hatiku dan bertambah rindu pada ayahanda
Setelah berjumpa dengan Rasulullah
Fatimah pun terjaga,
Tubuhnya menggigil dan terasa takut yang amat sangat
Sayyidah Fatimah masih teringat-ingat bisikan ayahanda
Aku akan mengikut langkah ayahanda beberapa hari lagi.
Aku masih ingat ayahanda berkata sebelum meninggal.
Akulah orang pertama yang mengikuti panggilan Ilahi selepasnya.
Fatimah kemudian menceritakan mimpi tersebut pada suaminya
dan juga pembantunya Asma binti Umays
Bahwa ajal hampir tiba

Asma menunjukkan pelepah kurma basah untuk membuat keranda.
Aku tersenyum apabila melihat keranda tersebut.

Sayidah fatimah pun berwasiat supaya jenazahnya nanti dikebumikan pada malam hari, agar tiada seorang pun yang marah apabila melihat jenazahku.

Ia pun berwasiat kepada suaminya
Wahai Ali
Kuburkan jenazahku di malam hari
Jangan biarkan orang yang membenciku menyertai penguburan jasadku
Jangan kematianku membuat hidupmu terasa pahit
Engkau harus melayani Islam
Menjaga kebenaran dalam waktu yang lama

Wahai suamiku....
Berjanjilah kepadaku..
Ya... jawaban Ali dengan suara bergetar
Wahai suamiku
Aku tahu, betapa engkau mencintai anak-anakku
Tapi untuk khusain..
Hati-hatilah padanya
Ia sangat mencintai ku
Ia akan sangat kehilanganku
Jadi Ibulah baginya

Dalam masa sakitku ini
Ia biasa tidur lelap di atas dadaku
Sebentar lagi ia akan kehilangan masa itu

Setelah merasa saat ajal hampir tiba
Sayidah Fatimah membawa kedua anaknya menziarah makam ayahanda.
Tubuhnya terasa sangat lemah untuk melangkah.
Tapi Fatimah kuatkan untuk sholat dua rakaat antara mimbar dan makam ayahanda karena tak lama jasadnya akan berpisah dengan roh.

Fatimah meninggalkan kedua puteranya
Lalu fatimah memeluk dan mencium kedua-duanya bertubi-tubi.
Beliupun berkata, anakku...
ibumu terpaksa pergi dulu....
Selamat tinggal sayangku,
Puteraku dan suami tercinta.
Biarlah aku menghadap Ilahi tanpa tangisan siapapun.
Aku tidak sanggup melihat tangisan puteraku dan suamiku.
Biarlah mereka berada di sisi makam ayahanda dan suamiku.

Sayidah Fatimahpun memohon kepada Allah
Kalau boleh ya Allah,
Saya ingin meninggalkan dunia ini dalam bersujud kepadaMu
Fatimah lalu meninggalkan dua puteranya
dan membiarkan suaminya bersembahyang di masjid.
Sayidah Fatimah mengambil ramuan hanuth
sejenis pengawet mayat yang biasa digunakan oleh Ayahandanya.
Lalu disiramkannya air ramuan itu ke seluruh tubuh

Kemudian Sayidah Fatimah memakai kain sisa kafan ayahandanya
Selepas itu sekali lagi, Fatimah memanggil Asma binti Umays
Yang senantiasa mengurus dan merawatnya

Pada Asma beliau berpesan, "Wahai Asma, perhatikanlah aku.
Sekarang aku hendak masuk ke rumah membaringkan tubuhku sekejap
Jika aku tidak keluar,
Panggillah aku tiga kali dan aku akan menjawab panggilanmu
Tetapi jika aku tidak menjawab
Ketahuilah aku telah mengikut jejak langkah ayahandaku

Setelah sejam kemudian
Asma memanggil-manggil nama wanita itu tetapi tiada jawaban apapun.
Ketika asma masuk
dia terkejut... melihat wanita kurus itu meninggal dunia dalam sujudnya
Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun...

Beberapa saat kemudian sayidinah Ali memasuki ruangan
Ia mendapati Fatimah bersujud tanpa nyawa
Fatimah syahid dalam usia muda

Salamun alaika ya Fatimah
Salamun alaika ya Fatimah
Salamun alaikum ya ahli baiturasul
Allahumma Sholli ‘Ala Sayyidina Muhammad
Wa ‘Ala Aali Sayyidina Muhammad
Ramadlan 1433 H

MENUMBUHKEMBANGKAN KECERDASAN KENABIAN PESERTA DIDIK

MENUMBUHKEMBANGKAN KECERDASAN KENABIAN PESERTA DIDIK
Lukman Nur Hakim*

Peserta didik merupakan manusia yang memiliki berbagai kemampuan dan potensi (kecerdasan), baik yang diperoleh sejak lahir maupun dari hasil proses belajar. Namun dalam proses perjalan ada yang cepat tumbuh berkembang, ada yang belum atau kurang berkembang.
Bila didapatkan pesertadidik berada pada posisi kecerdasan yang belum berkembang, maka akan berdampak terhadap proses penyusuaian diri dalan setiap tahapan perkembangan. dengan demikian peserta didik perlu diberikan sentuhan-sentuhan latihan dan motivasi belajar yang diberikan pendidik.
Seorang pendidik selayaknya memahami kondisi psikologis peserta didik, nilai-nilai kemanusiaan dan keyakinan akan manusia dilahirkan selalu cenderung kepada kebenaran, siap melakukan banyak kebaikan dan mencoba selalu menjauhi dari segala penyimpangan-penyimpangan, baik norma sosial, adat maupun agama. Hal ini demi meraih keseimbangan kehidupan dunia menuju kehidupan selanjutnya.
Howard Gardner menggunakan istilah kecerdasan Eksistensial (Multiple intellgences) sebagai tolak ukur melihat kemampuan hubungan manusia dengan Tuhan (hubungan vertikal), dan kemampuan dalam mengenal, memahami, mencintai ciptaan-Nya (hubungan horisontal). Konsep kecerdasan ini, yang jelas telah mampu mengangkat potensi alamiah yang dimiliki peserta didik, selanjutnya dunia pendidikan akan memiliki terbukaan ragam bakat dan berfikir, dan penerapan pembaharuan keilmuan yang berkesinambungan.
Kalau saja terjadi prilaku bohong dan kenakalan peserta didik yang ditemukan dilingkungan pendidikan. Hal ini tidak bisa lepas dari proses awal penyesuaian diri dikeluarga yang bermasalah. Peserta didik yang mengalami gangguan penyesuaian diri akan menggeser fitrah (potensi alamiah) ke posisi diluar sifat dasar manusia yang akan mengganggu perkembangan cara berpikir, berbicara dan berprilaku.
Lebih jelas Az-Zahrani (2005) dalam konseling perspektif Al-Quran dan Al Hadits, mengatakan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, yaitu dalam keadaan memeluk agama yang lurus (hanif) atau islam, siap untuk mengenal, mengabdi dan memegangteguh beribadah hanya kepada Allah Swt.
Sarlito Wirawan Sarwono (2010) setidaknya memberikan pencerahan pada manusia yang sangat percaya pada kemampuan umum IQ (Intelegence Quotient) sebagai kesatuan yang berdiri sendiri. Sehingga ada pergeseran aggapan pesertadidik yang memiliki IQ tinggi diatas 120 dianggap memiliki potensi yang besar untuk berhasil dalam belajar dan mempunyai masa depan yang lebih baik. Padahal penelitian menunjukan IQ hanya memberikan sumbangsi 6% dalam meraih keberhasilan pekerjaan tertentu.
Kecerdasan Kenabian (Prophetic Intelegensi) yang ditawarkan oleh Hamdani Bakran Adz-Dzakiey mencoba meramu kecerdasan yang dimiliki para Nabi, khususnya Nabi terakhir Muhammad Saw, yang telah berhasil memecahkan persoalan-persoalan hidup (problem solving) para pengikutnya. Dengan metode ketauladanan, kearifan dan kasih sayang. Terbukti dari dulu sampai sekarang masih banyak manusia yang mengagumi, mentaati, segala prilaku yang dipertontonkan. Baik ucapan (qoul), perbuatan (af’al) maupun cita-cita (Taqrir).
Lebih tegas Wahab Ibnu Munabbih mengatakan Muhammad Saw adalah manusia yang paling tinggi kecerdasannya dan terbaik wawasannya. Ini berdasarkan bahwa kecerdasan yang diberikan Allah Swt. Kepada manusia, semenjak masa awal sampai zaman sekarang ini, bagaikan sebutir pasir dibandingkan kecerdasan Nabi Muhammad Saw.
Kecerdasan Kenabian
Kecerdasan (intelligence) kartono (2000) mengartikan kemampuan menangani situasi-situasi baru. Biscop (1954) kemampuan untuk memecahkan segalah jenis masalah. Sarwono (2010) kemampuan untuk mengelola lebih jauh hal-hal yang diamati, Steven J Stein dan Howard E (2003) kemampuan intelektual, analisis, logika dan rasio. Dari definisi tersebut dapat difahami kecerdasan adalah kemampuan yang dimiliki manusia.
Islam mengajarkan kemampuan mengelolah kehidupan di dunia (ekonomi, pendidikan, keluarga dan politik), juga mengembangkan kemampuan untuk mempertajam nilai-nilai penghambaan, ketakwaan dan keimanan kepada Allah Swt. dalam rangka meraih kesuksesan hidup di akherat nanti.
Kecerdasan kenabian mengajak pendidik mengadopsi dari berbagai kemampuan yang dimiliki para utasa Allah Swt, kesuksesan menjalankan amanah, menjadikan sebagai model pendidikan berbasis ketauladanan. Sungguh telah berhasil membawa tatanan sosial dan budaya manusia yang lebih beradab.
Bimbingan dan pengajaran Allah Swt telah mampu menumbuhkan kecerdasan Nabi Nuh As dalam membuat kapal yang pada saat itu belum ada teknologi perkapalan. kemampuan Nabi Daud As dalam menjinakan besi dan merangkainya menjadi baju yang digunakan dalam peperangan. Dengan kata lain Allah jugalah yang membuat kapal dan baju besi.
Proses mendapatkan kecerdasan kenabian diraih bukan semata-mata melalui proses layaknya manusia kebanyakan, akan tetapi melalui proses pembelajaran ke-Tuhanan yang bermuara pada keimanan dan ketakwaan pada Allah Swt. Artinya pesertadidik perlu diajarkan keimanan dan ketakwaan untuk selalu berada dalam bimbingan Allah Swt. Sehingga mampu mengembangkan logika berpikir yang menyejukan dan berwawasan akherat.
Keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. akan mendorong dan mengerakkan eksistensi diri pesertadidik dalam ruang lingkup perlindungan, bimbingan, dan pengawasan-Nya. Melahirkan aktivitas interaksi, adaptasi, komunikasi, sosialisasi dan integritas yang ideal antara diri dengan lingkungan Tuhan, dan antara diri dengan lingkungan mahluk atau ciptaan-Nya.
Kondisi ketakwaan dan keimanan peserta didik secara otomatis akan membantu memecahkan permasalahan dan persoalan secara cepat dan tepat. Sebagaimana tertulis dalam firmannya Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 282. Yang artinya “dan bertaqwalah kepada Allah; Allah mengajarimu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
Nabi Muhammad Saw. terbukti telah mampu menjadi pemimpin ditengah-tengah masyarakat jahiliyah, penegak keadilan, pembangun mental spiritual moral umat secara terpuji dan dijadikan potret ketauladanan oleh para pengikutnya hingga akhir jaman.
Sudah menjadi kehendak Allah dengan menjadikan manusia untuk memilih dalam menghadapi pertentangan yang ada dalam dirinya. Barang siapa yang menyeimbangkan kebutuhan biologis dan psiritualnya, maka akan mendapatkan keberhasilan hidup, baik didunia maupun akherat. Allah telah menganugrahkan akal kepada manusia untuk membedakan hal yang baik dan buruk
Kecerdasan kenabian menghantarkan peserta didik mengetahui dan memahami proses pembelajaran yang dilakukan oleh para Nabi, khususnya sifat-sifat Nabi Muhammad Saw dan keagungan sebagai hamba yang memiliki eksistensi dan kepribadian Rabbani yang sempurna. Maka sangat layak dijadikan sebagai pusat kajian teoridan ilmu terapan.
Para pendidik seharusnya menjadi penggiat kecerdasan kenabian, contoh ketauladanan, menumbuhkembangkan keimanan, ketakwaan peserta didik. Semoga..


Dosen UPS
Komite SDIT Harapan Umat Brebes tinggal di Randusanga.
Psikologi Kepemimpinan
Oleh: Lukman Nur Hakim*

Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya, seorang penguasa adalah pemimpin bagi rakyatnya dan bertanggung jawab atas mereka, seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atasnya, seorang hamba sahaya adalah penjaga harga tuannya dan dia bertanggung jawab atasnya. (HR Bukhari)
Sungguh sangat berat beban seorang pemimpin (penguasa). Namun ironisnya, banyak orang ingin menjadi pemimpin, dari level yang paling bawah sampai level yang menasional. Apakah ada hubungannya dengan faktor kepuasan ketika bisa menjadi seorang pemimpin, atau karena ketika menjadi pemimpin banyak kesempatan untuk memuluskan jalan meraih hal-hal yang diinginkan, atau mungkin pula menjadi pemimpin merupakan sebuah kehormatan bagi dirinya?.
Dengan tidak menyadari konsekuensi seorang pemimpin, karir dikejar dan dianggap hal yang penting untuk diperebutkan. Padahal apabila kita sadar akan beban yang mesti ditanggung, mungkin banyak orang yang menolak menjadi “pemimpin”. Rendahnya keyakinan dan tanggung jawab kepada Tuhan, terkikisnya rasa malu dalam diri membuat banyak orang berlomba untuk menuju kepada label “pemimpin”.
Perlu dicatat, dalam meraih kepemimpinan. Seyogyanya seorang pemimpin memiliki sifat taqwa, cakap, jujur, tegas, berani, berilmu, disiplin, bijaksana, bersemangat, percaya diri, adil, dan komunikatif. Dia harus mampu melakukan perencanaan, membuat keputusan dan kontrol yang baik, memiliki tanggungjawab, perbuatannya sesuai dengan perkataannya, dan mendahulakan kepentingan orang banyak di samping kepentingan pribadi serta seorang pemimpin juga harus memiliki wawasan situasional.
Pada situasi yang berbeda selayaknya dihadapi dengan sikap serta gaya bertindak yang berbeda pula. Seorang pemimpin harus mampu membaca siapa yang dihadapinya, memahami kondisi psikologis pengikutnya, mampu membaca keinginan yang diharapkan rakyatnya, mampu membaca kemampuan/daya tangkap dari lawan bicaranya dan segudang kemampuan lain yang berhubungan dengan humanisme. Dengan kemampuan ini, ia akan menjadi sosok pemimpin yang selalu dirindu dan dipuja karena mampu “memanusiakan manusia” (Jawa: ngewongna wong).
Begitu banyaknya tuntutan yang harus dipenuhi apabila menginginkan menjadi sorang “pemimpin”. Ia juga sebaiknya memahami kebutuhan dan keinginan golongan atau masyarakat yang dipimpin karena kebijakan yang diambil tidak bisa lepas dari kepentingan rakyatnya. Merasakan derita apa yang dialaminya, bukan rakyat yang dijadikan korban untuk kepentingan ambisi pribadinya, apalagi sampai terjadi ada pemimpin (penguasa) yang mengolah anggaran negara/daerah untuk kolega dan keluarganya. Ia harus memahami posisi dirinya karena ia dipilih oleh rakyat dan untuk mengabdi kepada rakyat. Begitu pula masyarakat yang dipimpinnya, sebaiknya mampu menempatkan dirinya sebagai orang yang mematuhi pimpinannya. Sehingga keduanya memiliki hubungan yang harmonis dalam memajukan daerahnya.
Menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang mudah. Diperlukan
kerja sama, disiplin, dan komitmen yang menyeluruh, dan memiliki konsep diri yang kuat. Pemimpin sebaik apapun tidak akan berguna bila tidak didukung semua kalangan. Maka, setiap warga atau masyarakat hendaknya turut berkontribusi bagi sebuah kepemimpinan, paling tidak mereka mampu memimpin dirinya sendiri.
Sebagai ilustrasi, kita ambil ajaran Ki Hajar Dewantara, Ing Ngarso sung tuladha, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Pemimpin harus berada di depan bila ia memimpin komando dan menjadi teladan. Pemimpin juga harus bisa di tengah pengikutnya ketika ia ingin mendengarkan suara hati orang orang di bawah kepemimpinannya dan ikut merasakan apa yang dialami masyarakatnya. Terkadang pemimpin harus berada di belakang ketika masyarakat perlu dukungan dan dorongan. Berarti pemimpin adalah makhluk serba bisa. Untuk itu diperlukan prinsip-prinsip yang menjadi dasar karakter seorang pemimpin agar mampu mengemban kepemimpinan ke arah yang diharapkan semua pihak
Kalau kita perhatikan dan cermati bahwa kepemimpinan sendiri adalah proses mempengaruhi prilaku orang lain atau memberi contoh dari seorang pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan, bukan prilaku yang direkayasa atau mendapatkan simpatisan sesaat saja. Sebagaimana diungkap oleh Kartini Kartono, mengartikan pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
Di beberapa kalangan masyarakat, masih ada kecenderungan mengatakan bahwa pemimpin yang efektif adalah seorang yang memiliki sifat kharismatis. Sebagai contoh, beberapa sosok pemimpin karismatik, gambarnya banyak dipajang di rumah para pengagumnya, walaupun orang yang bersangkutan telah tiada. Hal ini menandakan sebagai perwujudan masih melekatnya pemimpin tersebut di hati para pengikutnya.
Max Weber, ilmuan pertama yang membahas kepemimpinan karismatik, menegaskan bahwa kemampuan kepemimpinan kharismatis tidak dimiliki oleh orang biasa, tetapi dianggap sebagai kekuatan yang bersumber dari Ilahi, atau suatu sifat yang khas dari seseorang, yang membedakan mereka dari orang kebanyakan dan biasanya dipandang sebagai kemampuan atau kualitas supernatural, manusia super, atau paling tidak memiliki daya-daya istimewa.
Setidaknya apabila kita amati fenomena sekarang ini, berapa banyak pemimpin ataupun calon pemimpin yang memajang gambarnya di tepi-tepi jalan, di pohon, di depan rumah. Kalau mereka adalah seorang pemimpin yang kharismatis yang memiliki pengagum tersendiri maka dipajangnya gambar akan menambah semangat dan menumbuhkan simpati bagi para pengikut dan pengagumnya. Namun sebaliknya, bila seseorang yang tidak suka pada gambar poster yang dipasang, akan memunculkan emosi kemarahan, gambar yang dipasang akan dirusak dan dibuang.
Seyogyanya pemimpin bisa menjadi teladan bagi semua elemen yang dipimpinnya. Ia mampu menjadi pengayom dan memiliki empati yang tinggi kepada semua pengikutnya. Betapa perasaan senasib sepenangungan sebagai prinsip empati merupakan alat yang ampuh untuk menarik simpati. Siapa pun akan tersentuh bila pemimpin mengetahui penderitaan dari masyarakatnya, dia langsung membantu bukan sekedar basa basi, tetapi empati menjadi sifat dasar dari kepribadiannya.
Bangunan yang baik, kokoh dan indah tentunya tidak hanya terdiri dari satu elemen, tetapi terdiri dari berbagai elemen yang ada di dalamnya. Tentunya, penempatan dan penggunaan masing-masing elemen itulah yang sangat mempengaruhi bagaimana kualitas bangunan tersebut. Perumpamaan sederhana ini bisa kita gunakan untuk memahami tugas seorang pemimpin dalam menempatkan, memberdayakan mereka yang berada dalam kepemimpinannya
Semoga semua pimpinan kita, memahami posisi dirinya, memahami prinsip amanah, dan mengedepankan keilmuan dan amal sholeh dalam menjalankannya. Menyadari bahwa segala apa yang diperbuatnya di dunia, kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Yang Maha Kuasa.

*Penulis adalah Dosen UPS
dan Pengurus Majlis Al-Khusaini Brebes