Jumat, 03 Mei 2013

MENUMBUHKEMBANGKAN KECERDASAN KENABIAN PESERTA DIDIK

MENUMBUHKEMBANGKAN KECERDASAN KENABIAN PESERTA DIDIK
Lukman Nur Hakim*

Peserta didik merupakan manusia yang memiliki berbagai kemampuan dan potensi (kecerdasan), baik yang diperoleh sejak lahir maupun dari hasil proses belajar. Namun dalam proses perjalan ada yang cepat tumbuh berkembang, ada yang belum atau kurang berkembang.
Bila didapatkan pesertadidik berada pada posisi kecerdasan yang belum berkembang, maka akan berdampak terhadap proses penyusuaian diri dalan setiap tahapan perkembangan. dengan demikian peserta didik perlu diberikan sentuhan-sentuhan latihan dan motivasi belajar yang diberikan pendidik.
Seorang pendidik selayaknya memahami kondisi psikologis peserta didik, nilai-nilai kemanusiaan dan keyakinan akan manusia dilahirkan selalu cenderung kepada kebenaran, siap melakukan banyak kebaikan dan mencoba selalu menjauhi dari segala penyimpangan-penyimpangan, baik norma sosial, adat maupun agama. Hal ini demi meraih keseimbangan kehidupan dunia menuju kehidupan selanjutnya.
Howard Gardner menggunakan istilah kecerdasan Eksistensial (Multiple intellgences) sebagai tolak ukur melihat kemampuan hubungan manusia dengan Tuhan (hubungan vertikal), dan kemampuan dalam mengenal, memahami, mencintai ciptaan-Nya (hubungan horisontal). Konsep kecerdasan ini, yang jelas telah mampu mengangkat potensi alamiah yang dimiliki peserta didik, selanjutnya dunia pendidikan akan memiliki terbukaan ragam bakat dan berfikir, dan penerapan pembaharuan keilmuan yang berkesinambungan.
Kalau saja terjadi prilaku bohong dan kenakalan peserta didik yang ditemukan dilingkungan pendidikan. Hal ini tidak bisa lepas dari proses awal penyesuaian diri dikeluarga yang bermasalah. Peserta didik yang mengalami gangguan penyesuaian diri akan menggeser fitrah (potensi alamiah) ke posisi diluar sifat dasar manusia yang akan mengganggu perkembangan cara berpikir, berbicara dan berprilaku.
Lebih jelas Az-Zahrani (2005) dalam konseling perspektif Al-Quran dan Al Hadits, mengatakan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, yaitu dalam keadaan memeluk agama yang lurus (hanif) atau islam, siap untuk mengenal, mengabdi dan memegangteguh beribadah hanya kepada Allah Swt.
Sarlito Wirawan Sarwono (2010) setidaknya memberikan pencerahan pada manusia yang sangat percaya pada kemampuan umum IQ (Intelegence Quotient) sebagai kesatuan yang berdiri sendiri. Sehingga ada pergeseran aggapan pesertadidik yang memiliki IQ tinggi diatas 120 dianggap memiliki potensi yang besar untuk berhasil dalam belajar dan mempunyai masa depan yang lebih baik. Padahal penelitian menunjukan IQ hanya memberikan sumbangsi 6% dalam meraih keberhasilan pekerjaan tertentu.
Kecerdasan Kenabian (Prophetic Intelegensi) yang ditawarkan oleh Hamdani Bakran Adz-Dzakiey mencoba meramu kecerdasan yang dimiliki para Nabi, khususnya Nabi terakhir Muhammad Saw, yang telah berhasil memecahkan persoalan-persoalan hidup (problem solving) para pengikutnya. Dengan metode ketauladanan, kearifan dan kasih sayang. Terbukti dari dulu sampai sekarang masih banyak manusia yang mengagumi, mentaati, segala prilaku yang dipertontonkan. Baik ucapan (qoul), perbuatan (af’al) maupun cita-cita (Taqrir).
Lebih tegas Wahab Ibnu Munabbih mengatakan Muhammad Saw adalah manusia yang paling tinggi kecerdasannya dan terbaik wawasannya. Ini berdasarkan bahwa kecerdasan yang diberikan Allah Swt. Kepada manusia, semenjak masa awal sampai zaman sekarang ini, bagaikan sebutir pasir dibandingkan kecerdasan Nabi Muhammad Saw.
Kecerdasan Kenabian
Kecerdasan (intelligence) kartono (2000) mengartikan kemampuan menangani situasi-situasi baru. Biscop (1954) kemampuan untuk memecahkan segalah jenis masalah. Sarwono (2010) kemampuan untuk mengelola lebih jauh hal-hal yang diamati, Steven J Stein dan Howard E (2003) kemampuan intelektual, analisis, logika dan rasio. Dari definisi tersebut dapat difahami kecerdasan adalah kemampuan yang dimiliki manusia.
Islam mengajarkan kemampuan mengelolah kehidupan di dunia (ekonomi, pendidikan, keluarga dan politik), juga mengembangkan kemampuan untuk mempertajam nilai-nilai penghambaan, ketakwaan dan keimanan kepada Allah Swt. dalam rangka meraih kesuksesan hidup di akherat nanti.
Kecerdasan kenabian mengajak pendidik mengadopsi dari berbagai kemampuan yang dimiliki para utasa Allah Swt, kesuksesan menjalankan amanah, menjadikan sebagai model pendidikan berbasis ketauladanan. Sungguh telah berhasil membawa tatanan sosial dan budaya manusia yang lebih beradab.
Bimbingan dan pengajaran Allah Swt telah mampu menumbuhkan kecerdasan Nabi Nuh As dalam membuat kapal yang pada saat itu belum ada teknologi perkapalan. kemampuan Nabi Daud As dalam menjinakan besi dan merangkainya menjadi baju yang digunakan dalam peperangan. Dengan kata lain Allah jugalah yang membuat kapal dan baju besi.
Proses mendapatkan kecerdasan kenabian diraih bukan semata-mata melalui proses layaknya manusia kebanyakan, akan tetapi melalui proses pembelajaran ke-Tuhanan yang bermuara pada keimanan dan ketakwaan pada Allah Swt. Artinya pesertadidik perlu diajarkan keimanan dan ketakwaan untuk selalu berada dalam bimbingan Allah Swt. Sehingga mampu mengembangkan logika berpikir yang menyejukan dan berwawasan akherat.
Keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. akan mendorong dan mengerakkan eksistensi diri pesertadidik dalam ruang lingkup perlindungan, bimbingan, dan pengawasan-Nya. Melahirkan aktivitas interaksi, adaptasi, komunikasi, sosialisasi dan integritas yang ideal antara diri dengan lingkungan Tuhan, dan antara diri dengan lingkungan mahluk atau ciptaan-Nya.
Kondisi ketakwaan dan keimanan peserta didik secara otomatis akan membantu memecahkan permasalahan dan persoalan secara cepat dan tepat. Sebagaimana tertulis dalam firmannya Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 282. Yang artinya “dan bertaqwalah kepada Allah; Allah mengajarimu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
Nabi Muhammad Saw. terbukti telah mampu menjadi pemimpin ditengah-tengah masyarakat jahiliyah, penegak keadilan, pembangun mental spiritual moral umat secara terpuji dan dijadikan potret ketauladanan oleh para pengikutnya hingga akhir jaman.
Sudah menjadi kehendak Allah dengan menjadikan manusia untuk memilih dalam menghadapi pertentangan yang ada dalam dirinya. Barang siapa yang menyeimbangkan kebutuhan biologis dan psiritualnya, maka akan mendapatkan keberhasilan hidup, baik didunia maupun akherat. Allah telah menganugrahkan akal kepada manusia untuk membedakan hal yang baik dan buruk
Kecerdasan kenabian menghantarkan peserta didik mengetahui dan memahami proses pembelajaran yang dilakukan oleh para Nabi, khususnya sifat-sifat Nabi Muhammad Saw dan keagungan sebagai hamba yang memiliki eksistensi dan kepribadian Rabbani yang sempurna. Maka sangat layak dijadikan sebagai pusat kajian teoridan ilmu terapan.
Para pendidik seharusnya menjadi penggiat kecerdasan kenabian, contoh ketauladanan, menumbuhkembangkan keimanan, ketakwaan peserta didik. Semoga..


Dosen UPS
Komite SDIT Harapan Umat Brebes tinggal di Randusanga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar