Selasa, 29 Maret 2022

LULUS


LULUS
Oleh : Lukman Nur Hakim

Randusanga, kamis 22 Januari 2020 Pukul 11.00 WIB. Suasana pemakaman orang tua penulis, Alm. H. Moh. Syamsuri bin H. Sakyadi. Di Pemakaman umum Desa Randusanga Kulon Brebes.

Kata lulus dalam judul di atas, Tidaklah  identik pada dunia akademik,  lulus sekolah, kuliah ataupun lulus tes dalam dunia kerja semata.  Namun kata-kata lulus yang diterima penulis adalah  lulus setelah menghantarkan orang tua penulis H. Syamsuri bin H. Sakyadi kembali menghadap Allah SWT.

Sebuah kebahagiaan bagi kami ketika mampu menghantarkan proses memandikan, bisa melibatkan cucu cucunya secara langsung ikut memangku jenazah, dan penulis yang memandikannya. Kemudian  menyolati secara berjamaah, mengadzani dan menguburkannya. 

Sesaat jenazah telah selesai diadzankan kemudian penulis naik dari liang kubur dan membiarkan orang tua penulis terus ditimbuni tanah oleh para penggali kubur. Tatapan  penulis saat itu, hanya tertuju pada liang lahat tempat peristirahatan orang tua penulis, setelah tidak bisa istirahat di rumah sendiri yang ditinggali berpuluh-puluh tahun.
 
Suasana duka terus menyelimuti penulis, sambil terus menatap orang tua penulis yang tubuhnya sudah tak terlihat lagi, tertutup oleh tanah. 

Disaat berdiri disamping kuburan orang tua penulis. Tak lupa sesekali menengok ke kanan dan ke kiri, melihat saudara, adik-adik almarhum, cucu dan keponakan. Terlihat sesekali mengusap air mata yang terkadang masih ke luar, melihat orang yang dicintai sudah harus berpisah.

Ketika penulis harus mundur beberapa langkah ke belakang, untuk memberikan keleluasaan para penggali kubur, meratakan tanah di samping dan meninggikan makam abah penulis dengan pasir 2 (dua) gerobag, yang  menjadi kesepakatan warga dalam setiap ada mayit yang mau dikubur,  harus ditambah 2 (dua) gerobak pasir yang dibeli dari keluarga almarhum. Ternyata ada kyai, guru yang sekaligus teman yang menjadi curhatan penulis, ketika ada masalah dan menanyakan hukum.

Tanpa penulis sadari, beliau menyalami penulis, walaupun saat itu sedikit malu untuk menerima salamannya karena tangan penulis kotor penuh lupur. Beliaupun berkata perlahan-lahan sambil menepuk pungguh penulis "Lulus." 

"Njenengan sudah lulus,"  mendengar kalimat ini penulis hampir saja tidak kuat menerimanya. Badan menjadi lemas, gemetar dan rasanya ingin menangis sekeras-kerasnya, namun saat itu penulis harus kuat berdiri tegak di hadapan makam orang tua. Walaupun penulis tidak bisa menahan air mata yang terjun bebas membasahi pipi. 

Kalimat lulus, bagi penulis bagaikan cambuk, menggetarkan rasa haru dan bangga bagi penulis. Predikat lulus keluar dari sang guru, kepada penulis setelah selesai proses pemakaman. Tugas anak berbakti, mengabdi dan mengatarkan orang tua menuju  peristirahatan terakhir.

Doa yang terus dipinta pada Allah SWT, telah terkabulkan. Penulis bahagia, dapat mendampingi orang tua saat sakit, berobat ke dokter, mentalkin menyebut nama Allah SWT saat akan kembali kepada-Nya, memandikan, mensholati dan menguburnya. Selamat jalan Abah, engkau adalah guru kehidupan penulis. InsyaAllah husnul hotimah.

Teruntuk Abah H. Syamsuri bin H. Sakyadi Alfatihah.