Jumat, 03 Mei 2013

MENENGGOK PRILAKU PEMILIH KOTA BAWANG

MENENGGOK PRILAKU PEMILIH KOTA BAWANG
Oleh: Lukman Nur Hakim*

Di pagi buta sekerumanan para buruh bawang (mbutik) mulai ramai menghiasi lapak-lapak (lapangan/gudang bawang) yang dijadikan tempat mangkal mengadu nasib untuk mencari sesuap nasi. Tanpa ada rasa takut atau khawatir mereka duduk di mobil bak terbuka dalam perjalanan ke tempat yang membutuhkan jasa mereka, bahkan kadangkala mereka duduk di atas tumpukan bawang mobil bak yang ditumpanginya. Hal ini sudah menjadi pemandangan tersendiri di wilayah kota bawang.
Kaum adam pun tidak ingin kalah, mereka mengayun sepeda ontelnya berkilo-kilo meter menuju lahan persawahan yang akan ditanami bawang. Bak, pasukan semut yang sedang berbaris mencari makan. Mereka rata-rata keluar dari rumah di pagi hari dan pulang sore hari. Kelompok ini memiliki jumlah yang tidak bisa dibilang sedikit, dan dianggap sebelah mata oleh para kandidat pasangan Bupati dan Wakil Bupati. Mereka adalah pelestari dan pejuang ikon Brebes, yang waktunya dihabiskan untuk membangun dan mempertahankan citra Brebes, sebagai kota bawang.
Ada pula pemilik modal (juragan) yang menanam bawang di luar kota Brebes, mereka mempercayakan kepada para penggarap (kuli sawah) yang juga warga Brebes untuk mengelola bisnisnya. Para pemilik modal hanya datang sewaktu-waktu saja ke lahan perkebunannya. Sedangkan para penggarap terbiasa meninggalkan rumah selama berminggu-minggu bahkan sampai berbulan-bulan. Gubug (rumah kecil) yang ditempatinya untuk tidur dan istirahat jauh dari standar kelayakan rumah sehat. Tidak terpikir olehnya tentang kesehatan dan keamanan. Mereka tidur bersama tumpukan pupuk dan obat-obatan bawang (insektisida) yang tentu akan menggangu kesehatannya. Dalam benak para penggarap yang ada hanyalah bagaimana caranya agar tanaman bawangnya dapat panen dengan hasil yang baik dan memperoleh untung besar.
Dengan latar belakang tersebut, setidaknya tergambar sedikit prilaku pemilih (political behavior) bagi mereka yang bergelut di dunia bawang??.
Dalam pendekatan sosial psikologi, minimal ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap prilaku pemilih. Pertama identifikasi partai, sampai sejauhmana para pemilih mengenal dan terikat terhadap partai, kedua orientasi isu atau tema yang akan diangkat oleh calon Bupati dan Wakil Bupati, sedangkan yang ketiga orientasi kandidat sebagai sebuah figuritas dari calon. Ketiga ini pula yang mungkin akan mempengaruhi prilaku pemilih.
Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Brebes adalah momen besar bagi para calon yang ingin meraih simpati dan dukungan kepercayaan rakyat untuk membangun Brebes kedepan. Namun tingkat pendidikan yang masih rendah menjadi suatu masalah tersendiri bagi kelompok pemilih untuk menentukan pilihannya. Hanya sekelompok kecil saja yang memiliki pertimbangan memilih calon karena program yang akan dicanangkan.
Bagi kaum petani, ada kemungkinan mereka memilih dengan alasan ekonomis. Mereka akan memilih kandidat yang mampu memberi keuntungan besar dalam pertaniannya dan menjamin masa depan kelestarian bawang lokal yang sedang mereka tanam. Dengan keuntungan besar ini maka kesejahteraan bagi diri dan para kuli (buruh bawang) akan terpenuhi.
Di sisi lain, peran lembaga survey yang digunakan dalam rangka mengajak pemilih yang menginginkan pilihannya jadi pemenang, mencoba menyakinkan akan kemenangan dirinya. Dengan hasil survey yang tinggi harapannya agar pemilih tertarik untuk memilih kandidat yang yang unggul walaupun kadangkala hasil survey bertolak belakang dengan kenyataan ketika pemilihan nanti dilakukan. Hasil survey hanyalah pencerminan accesibilitas kandidat pada sebagian pemilih yang dilakukan secara acak dan belum tentu keberhasilannya, apalagi untuk wilayah Kabupaten Brebes dengan jumlah pemilih terbanyak kedua se Jawa Tengah, yaitu sebesar 1.471.123 pemilih.

Perilaku Pemilih
Dari beberapa pemilihan langsung yang telah dilakukan, secara garis besar ada lima kelompok alasan pemilih menentukan pilihannya. Pertama, pemilih memilih karena persamaan ideologi dengan calon. Namun faktor ini mulai terkikis karena psikologis para pemilih telah banyak berubah. Arus pragmatisme dari kelompok pemilih telah menggeser idealisme awal karena kepentingan sesaat yang dapat langsung diperoleh setelah mereka menentukan pilihan.
Faktor kedua, pemilih mendasarkan pilihannya karena persamaan partai politik. Siapa pun calon bupati dan wakil bupati yang diusung, asalkan memiliki kesamaan partai politik itulah yang mereka pilih. Efektivitas mesin partai inilah yang patut menjadi pertimbangan bagi partai yang memiliki masa yang militan karena tidak semua partai memiliki masa yang militan.
Faktor ketiga adalah memilih karena pragmatisme politik yang muncul di tengah-tengah para pemilih karena banyak hal, seperti politik uang, kedekatan dengan kandidat dan sebagainya. Politik uang yang dilakukan para kandidat merupakan bagian dari bentuk pragmatisme politik dan tidak selalu dalam arti pemberian sejumlah uang kepada pemilih, tetapi bisa dalam bentuk-bentuk lain yang terselubung agar tidak terkesan “membeli” suara (buying voters). Bentuk-bentuk ini cukup mendominasi warna politik dalam pelaksanaan setiap pemilihan kepala daerah karena pemilih ternyata juga sangat merespon dan bagi mereka dianggap menguntungkan walau sesaat.
Faktor keempat, memilih karena ikatan emosional dan kesamaan etnisitas. Pemilih memilih kandidat yang paling menarik secara emosional atau yang lebih disukai, pemilih menentukan pilihannya berdasarkan hasil rekomendasi dari kerabat dekat, elit politik yang dipercaya. Namun kelompok ini cenderung sedikit jumlahnya.
Faktor terakhir, pilihan karena program dan visi misi yang ditawarkan oleh para kandidat. Jumlah kelompok ini pun sangat kecil, karena hanya orang-orang yang peduli, memiliki kecerdasan dan mau berpikir untuk lima tahun ke depan saja yang akan menjadikan visi misi calon sebagai tolok ukur memilih.
Dengan wilayah Kabupaten Brebes yang 65 % lahannya berupa pertanian dengan jumlah petani/buruh tani sebesar 69,78%, berarti prosentase pemilih terbesar adalah dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Dengan posisi seperti ini, perilaku pemilih pragmatis dengan ikatan emosional yang sama memiliki jumlah yang tinggi.
Selain lima karakteristik pemilih tersebut, ada satu lagi perilaku pemilih yang dikenal dengan istilah golput. Mereka tidak menggunakan hak pilihnya karena bebarapa alasan. Pertama, tidak memilih karena alasan politis. Mereka yang dengan kesadaran tidak menggunakan hak pilihnya karena menurutnya tidak ada satupun calon yang dianggap sesuai dengan hati nuraninya dan dianggap tidak akan mampu mewujudkan idealisme seorang pemimpin. Jumlah pemilih ini justru didominasi oleh kaum yang telah melek politik namun apatis.
Kedua, tidak memilih karena alasan administratif, karena pemilih tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap. Ini merupakan faktor yang tidak dapat ditawar-tawar karena berhubungan dengan aturan.
Ketiga, alasan pragmatis, pemilih tidak mau memilih karena merasa tidak mendapatkan imbalan sebagai pengganti tidak bekerja sehari. Di kalangan kaum petani bawang dan buruh mbutik, penghasilan harian merupakan modal hidup mereka sehari-hari. Kalau mereka tidak bekerja maka tidak akan mendapatkan penghasilan. Sehingga dalam pemikiran mereka kalau tidak ada pengganti penghasilan harian untuk apa mereka meski datang ke TPS, walaupun ke TPS hanya butuh waktu yang tidak terlalu lama.
Keempat, karena alasan teknis, yaitu pemilih pada saat pemungutan suara tidak berada di tempat di mana dia terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap. Karena ketidaktahuan pemilih bagi mereka yang memiliki agenda ke luar wilayah tempat tinggalnya karena urusan pekerjaan atau pun urusan lain, maka mereka tidak dapat menggunakan hak pilihnya.
Kecerdasan dan kecerdikan adu strategi dalam memahami karakteristik pemilih merupakan salah satu faktor penentu mendulang suara dan kemenangan kandidat dalam pesta rakyat yang segera akan digelar tanggal 7 Oktober 2012. Jangan sampai ada pemilih yang tidak memilih, karena satu suara mungkin bisa menentukan kemenangan kandidat atau pilihan anda.

*Dosen UPS Tegal, tinggal di Randusanga







Tidak ada komentar:

Posting Komentar